Friday, May 1, 2009

ADA APA DENGAN TANGGAL 2 MEI???

Peristiwa

* 1933 - "Nessie" (Monster Loch Ness) pertama kali terlihat pada zaman modern.
* 1964 - Cut Nyak Dhien ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dengan SK Presiden RI No.106 Tahun 1964.
* 1969 - Kapal Queen Elizabeth II mulai berlayar untuk pertama kalinya; berangkat menuju New York City.
* 1972 - Film Jaws mulai diproduksi.
* 1994 - Nelson Mandela memenangi pemilihan umum demokratis pertama di Afrika Selatan

Kelahiran
* 1899 - Ki Hajar Dewantara, pelopor pendidikan bagi pribumi (w. 1959)
* 1921 - Satyajit Ray, sutradara, penulis dari suku Bengali, berkebangsaan India
* 1975 - David Beckham, pesepak bola Inggris

Meninggal
* 1519 - Leonardo Da Vinci, Seniman serba bisa asal Italia
* 1998 - Matsumoto Hideto, gitaris X Japan& "dewa" Japanese Rock

KEBANGKITAN DAN PENDIDIKAN

Hari ini tanggal 2 Mei tepatnya adalah hari Pendidikan Nasional. Hari dimana lahirnya pendidikan di Indonensia. Tanggal 2 Mei dijadikan sebagai hari Pendidikan Nasonal bertepatan dengan hari lahirnya salah satu tokoh pendidkan kita yaitu Ki Hajar Dewantar dengan nama asli: Raden Mas Soewardi.

Mengulas sedikit tentang perjuangan untuk memajukan pendidkan di bumi Indonesia, beliau sempat mendirikan salah satu taman siswa pada 3 Juli 1922 untuk sekolah kerakyatan di Yogyakarta. Kemudian beliau juga sempat menulis berbagai artikel yang intinya memprotes berbagai kebijakan para penjajah (belanda) yang kadang membunuh serta menghambat tumbuh dan berkembangnya pendidikan di Indonesia. Hingga salah satu artikel "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli : Als ik eens Nederlander was) yang pernah dimuat dalam surat kabar de Expres milik Douwes Dekker tahun 1913 adalah salah satu artikel yang mengubah paradigma banyak orang terlebih khusus para penjajah bahwa orang Indonesia khususnya penduduk pribumi membutuhkan pendidikan yang layaknya sama dengan para penguasa dan kalangan berduit.

Bertolak dari usaha, kerja keras serta pengorbanan dirinya melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959 dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Pergerakan Nasional. Bahkan yang lebih menggembirakan dirinya di anggap sebagai bapak Pendidikan untuk seluruh orang Indonesia, penghormatan itu terbukti dengan ditetapkan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Untuk mewujudkan dan membangun dunia pendidikan di Indonesia yang sedang diusahaknnya dalam penjajahan para penjajah belanda beliau memakai semoboyan “tut wuei handayani” semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa”. Semboyan ini masih dipakai dalam di dunia pendidikan kita hingga era reformasi ini. Bahkan dengan semboyan itu telah sedikit mengubah warna pendidikan kita di Indoenesia saat ini.

Meninjau Perkembangan Pendidkan di Era Reformasi

Banyak orang senang dan bahagia, terlebih khusus para penggila, pencinta dan pelaku pendidikan di seluruh Indonesia ketika memasuki era reformasi. Saat kekuasaan presiden Soeharto yang kurang lebih berkuasa selama 32 tahun tumbang pada tahun 1997 akibat pergerakan mahasiswa Indonesia mendasari lahirnya era reformasi. Era yang dikatakan sebagai era perubahan, era yang bisa semua orang berbicara serta era yang dikatakan sebgai era pembaharuan. Berarti pendidikan juga harus mengalami perubahan.

Mereka berharap dan berpikir diera ini segalanya akan berubah. Problematika pendidikan yang terjadi saat Presiden Soekarno memimpin di era orde lama (1945-1965) dan Problematika pendidikan yang terjadi saat masa kepemimpinan Presiden Soeharto di era orde baru (1965-1985)serta masa kepemimpinan beberapa presiden setelah kedua pemimpin diatas memerintah bisa segera teratasi yang tentunya sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan kita.

Namun yang memprihatinkan perkembangan pendidikan diera reformasi ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan pendidikan diera orde lama (1945-1965) maupun perkembagan pendidikan diera orde baru (1965-1985). Malahan perkembangan pendidikan di era reformasi ini lebih menggenaskan dan memprihatinkan. Bahkan di era ini banyak korban pendidikan yang berjatuhan seperti; siswa, guru termasuk para orang tua pun menjadi korban daripada pendidikan di era reformasi ini. Mengapa saya bisa katakan demikian.

Banyak anak-anak yang tidak memilik biaya hingga tidak bersekolah, banyak lulusan SMA/MA dan sederajat lainnya harus menggangur karena tidak mampu membayar biaya pendidikan bahkan banyak lulusan SMA/MA dan sederajat yang melanjutkan ke perguruan tinggi harus mengundurkan dari perkuliahan karena tidak mampu membayar biaya kuliah.

Sesuai dengan tujuan dan cita-citanya pendidikan kita haruslah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mungkin berkembang dari kata mencerdaskan banyak orang mengartikannya dengan mengambil berbagai kebijakan yang dapat membuat pendidikan di Indonesia bisa berkembang. Salah satu caranya unutk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah mengadakan Ujian Nasional, nyatanya Ujian Nasional bukan menciptkan generasi yang cerdas namun menciptkan generasu yang rusak baik mentalnya maupun kerohaniaanya.

Siapapun tidak bisa membantah kalau Ujian Nasional telah menciptakan generasi yang rusak moralitasnya. Sebagaimana bisa kita lihat beberapa fenomena kecurangan dan kejahatan yang sering terjadi hinggat ditayangkan diberbagai media masa maupun media elektronik. Beberapa saat lalu Ujian Nasional tingkat SMA/MA dan setingkat lainnya telah diberlangsungkan namun meninggalkan bekas yang sangat memprihatinkan karena dimana-mana terjadi kecurangan yang patutnya tidak perlu terjadi.

Beberapa saat lalu tepatnya hari kamis hari terakhir Ujian Nasional bagi siswa-siswi SMA/MA, saya menyaksikan sebuah tayangan berita di salah satu TV swasta yang menayangkan kecurangan Ujian Nasional yang terjadi, hingga 17 orang guru harus berhadapan dengan aparat hingga harus diadili. Bukan kasus itu saja melainkan didaerah lainpun terjadi hal yang sama. Bahkan beberapa kepala sekolah tega menjual lembaran soal hingga mencapai jutaan rupiah. Dengan demikian inikah yang dinamakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai dengan cita-cita nasional.

“Seandainya beliau masih hidup beliau akan menangis dan meratapi melihat buruknya pendidikan di negeri ini”. Demikian salah satu kutipan artikel singkat yang ditulis oleh salah satu korespondesi situs wikimu di internet. Sedikit menyimak dan membaca artikel itu sayapun ikut sedih. Sebagaimana tidak sedih perjuangan beliau agar pendidikan di Indonesia bisa maju dan berkembagn yang sekaligus mengubah berbagai ketertinggalan yang terjadi namun, kenyataannya yang terjadi adalah keterpurukan system pendidikan.

Kita seharusnya memahmi dan menyadari bahwa berjuang dibawah tekanan, penjajahan dan ancaman bukanlah hal termudah. Namun dalam kesulitan seperti inilah yang ditunjukan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa beliau ingin adanya kemajuan pendidikan. Sehingga dalam tekanan apapun beliau tidak pernah gentar dan takut hanya demi memajukan pendidikan di negeri ini. Bertolak dari pada usaha dan kerja keras beliau seharusnya para pengambil kebijkan pendidikan di indenesia seharusnya berpikir dan mencerna bagaimana solusi yang diambil agar semua kegiatan pendidikan yang terjadi tidak membuat sedih pilunya hati bapak pendidikan kita.

Fenomena keburukan yang terjadi saat ini bukan saja masalah Ujian Nasional, namun yang terjadi juga adalah biaya sekolah dari tahun ketahun yang semakin meningkat. Saya sendiri sebagai siswa menyadari adanya lonjakan tingginya uang sekolah dari tahun ke tahun. Padahal berbagai janji manis seperti adanya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) akan membantu meringankan biaya sekolah, bahkan ada juga yang mengatakan dengan adanya dana bos maka pendidikan alhasi akan gratis. Apakah pendidikan saat ini di Indoensua gratis? Jangan mimpi bo pendidikan mau gratis. Realisasi dana pendidikan yang dialokasikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasalnya yang ke 49 bahwa 20% dari APBN dialkosikan untuk pendidikan. Namun kenyataan sampai sat ini semua itu tidak nampak.

Dengan berbagai janji manis yang sengaja dilanggar ini memberi peringatan kepada kita bagaimana nasib pendidikan Indonesia di masa depan nanti. Bagaimana nanti nasib generasi yang akan datang? Generasi yang akan datang mau dikemanakan? Bagaimana seandainya generasi yang akan datang mengikuti kesalahan para pengambil kebijakan pendidikan. Apakah ini mau dikatakan sebagai generasi yang berbobot dan generasi yang mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita nasional yang telah tertera dalam Undang-Undang Dasar1945.

Makna Hari Pendidikan Nasional

Hari ini sebagai hari pendidikan nasional. Tidak perlu kita, terlebih khusus para pejabat pemerintahan dan pengambil kebijkana pendidikan nasional berpikir keras dengan berbagai teori dan berbagai pedoman unutk memajukan pendidikan di Indoensia. Bahkan kitapun tidak perlu sibuk mencari cara-cara dan trik-trik untuk bersaing dengan Negara lain khususnya dalam bidang pendidikan.

Dahulu kala saat orde baru para siswa-siswi dari Malaysia dan beberapa Negara tetangga lainnya yang datang dan belajar di Indonesia namun berbeda dengan saat ini para pelajar dari Indonesialah yang pergi belajar dan berguru di Negara jiran ini. “Saat ini, pelajar asing di Malaysia sudah mencapai angka 25.939 orang. Mereka datang dari berbagai negara, Uganda, Afrika Selatan, Korea Selatan, Korea Utara, India, Inggris, Vietnam, Bangladesh, Singapore, Kanada dan masih banyak lagi yang lainnya, termasuk negara tetangganya, Indonesia”. Demikian bunyi salah satu kutipan tulisan yang terdapat salah satu situs milik pemerintah Malaysia. Dengan membaca ini memberi pengertian pada kita kalau mereka (Malaysia) juga menaggap pendidikan di daerahnya lebih maju dan berkembang di bandingkan dengan di beberapa Negara termasuk kita negara tetangganya.

Dengan ketertinggalan pendidikan serta problematika pendidikan yang terjadi terus-menerus di Negara kita, bagaimana jalan keluar yang perlu diambil agar kedua hal diatas tidak terjadi lagi? Memang berat kalau memikirkan penyelesaiaanya serta penuntasan problemnya. Namun semua akan terasa ringan dan mudah kalau penyelesaian ini kembali kepada system demokrasi sesuai dengan asas dan falsafah Negara kita. System demokrasi mengutamakan kebersamaan dalam mengambil keputusan dan tindakan. Ketika keputusan diambil secara bersama-sama (musyawarah) maka semua pihak yang ikut mengambil bagiaan termasuk masyarakat akan merasa puas dan bahagia, sehingga penerapan dan prakteknya dapat memberi kepuasaan kepada semua pihak dan semua instansi. Dengan cara seperti ini alhasi pendidikan di Indonesia sedikit baik mutunya hingga kita bisa merasakan enak dan baiknya pendidikan.

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu

Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

[+/-] Baca Selengkapnya...

Saturday, April 25, 2009

HOW TO GIVE INTERACTIVE LECTURE

Giving interactive lectures involves delivering effective lectures, organizing the class period and selecting student activities, managing the class, and collecting feedback on what the students have learned. Making lectures interactive involves giving students, all of them, something to do during the lecture - answering a question, interpreting a graph, or solving a problem - and continuing such activities regularly throughout the term. For example, you might begin a unit on faults by showing the image linked to the thumbnail to the left. Rather than telling the students that the image is an example of a fault, you could first ask the students to make observations and discuss their interpretation with a neighbor. Then, call on a few students to present their interpretation and discuss the responses with the class.

CONTENT
As with many active-learning techniques, interactive lectures may take
longer to cover any given topic than non-interactive ones. Mazur (1997)
recommends that the lecturer save time by only going over more
difficult and important material rather than duplicating the coverage
of the textbook. Given that it is important in his classes that
students actually do the reading, he gives frequent reading quizzes.

THE MAJOR PART OF INTERACTIVE LECTURE
An interactive lecture will include segments of lecture combined with
segments where students are interacting with each other and the
instructor. All of the activities used to make lectures interactive
involve a learning curve for both instructors and students. For
example, think-pair-share requires students to marshal their thoughts,
present them clearly and succinctly, and synthesize their ideas with
their partners. Instructors must learn how to develop good questions,
analyze the student responses, and incorporate that information into
the following lecture or lecture segment.

MANAGING THE CLASS
* Accept that your class will be noisy when students
are discussing their work. * Visit a few groups and make sure that they are on track. * Find
an effective way to bring the class back together. Some instructors
flick the lights on and off. Some raise their hand, after explaining
that when students see a raised hand, they should raise their hand,
finish their sentence, and stop talking. * Pick groups to report at
random or have all groups report, depending on class size. The latter
is helpful when each group has something different to say (for example,
if each group is looking at a different aspect of a problem). It may be
useful to have each group designate a spokesperson to speak for the
group. * Have each student write their response on a handout of the
activity or a blank sheet of paper, have them write a short paper on an
index card summarizing their group's findings and turn it in for a
grade. * For discussion or other group activities, it's often a good
idea to ask open-ended questions with no single correct answer, because
these are likely to provoke thought and encourage student
participation.

RESPOND TO THE RESPONSES
One of the challenges of interactive lecturing is dealing with
incorrect answers. Either the students don't understand, or you haven't
explained it properly, or it's a very difficult topic. At least with an
interactive lecture, you can address the situation before an exam.
Deal carefully with wrong answers. When many students have a
misunderstanding it is important to address it in class and to consider
how you might present material differently the next time you teach the
course.

RESEARCH ON LEARNING
Hake, 1998 compared pre- and post-course test results for 6000 students
from high school and university physics courses, and found
significantly more improvement in students in courses that used
interactive-engagement methods (including classes over 100 students)
than in those that did not.
Classes that don't use interactive-engagement methods still allow
students to ask questions and still involve asking individual students
questions. Why isn't that enough? The problem is that they involve only
one student at a time (often a small set of students over and over
again) and that students rarely ask questions in class (Graesser and
Person, 1994 ). Passive students will not check to see if they do
understand the material. GBR RESEARCH
Wenzel, 1999 reviewed research on college lectures and reported that
the longer the lecture, the less of the material ended up in the
students' notes (see figure linked to the thumbnail at the left).
Interactive classes commonly involve breaking up the lecture,
effectively giving multiple short lectures, presumably with a higher
percentage of material being retained from each. He also reported that
a class that used a think-pair-share technique for two-three minutes
for every 12-18 minutes of lecture remembered more of the lecture
material directly after the class and twelve days later than the
control class that heard the same lecture without the think-pair-share
breaks.

[+/-] Baca Selengkapnya...

INTERAKTIF LECTURE



It can be difficult to engage students with the material in a large
lecture class. This module on Interactive Lectures has strategies and
specific examples of activities to involve students in large and small
lecture-based classes.

WHAT IS INTERAKTIF LECTURE?
An easy way for faculty to involve students as active participants in a
lecture-based class of any size.
Interactive lectures are classes in which the instructor breaks the
lecture at least once per class to have all of the students participate
in an activity that lets them work directly with the material. These
activities allow students to apply what they have learned earlier or
give them a context for upcoming lecture material.

For example: One way to transform a traditional lecture into an
interactive lecture would be have students discuss their observations
of the picture linked to the thumbnail to the left rather than telling
the students what you see. Then call on some groups for their responses
and discuss as a class.

Making lectures interactive draws students into the lecture by engaging
them in working with the material. In an interactive lecture, the
lecture is interspersed with short individual, pair, or small-group
activities. These activities also provide feedback to the instructor on
student understanding. For example, rather than asking a question and
calling on the first student who raises a hand, asking all students to
reflect on the question and then discuss with a neighbor before calling
for student responses gives everyone a chance to participate
(think-pair-share). Other strategies for engaging students include
ConcepTests, the Question of the Day, and in-class small-group
activities. Interactive lectures can be used in classes of any size,
including large classes.

WHY USE INTERACTIVE LECTURE?
Interactive lectures combine information-rich lectures with activities
that engage students, make students think about and apply lecture
material in class, and give the instructor feedback in class on student
understanding of the material.
Interactive lectures are an important way to enhance student learning,
particularly in large classes. They help to keep students' attention
focused on the class, give students repeated opportunities to practice,
and increase student retention of lecture material. They also provide
an easy way to experiment with different teaching techniques.
Lecturing is a time-honored teaching technique that is an efficient
method to present information but may result in students who listen
passively. Making lectures interactive by including short activities
can foster active engagement and enhance the value of the lecture
segments by: * Engaging students in the material during class. * Giving
everyone in the class time to answer a question, solve a problem, or
interpret a diagram. * Allowing more than one person to be successful.
* Enabling students to practice thinking and talking in geoscience
terms. * Giving you an opportunity to see if students have learned a
concept before presenting a different concept or giving them an exam or
a quiz.
Using activities that allow all of the students to participate, instead
of having individual students answer questions when called on, will
promote student retention of more of the material presented during
lecture, give students practice in developing critical-thinking skills,
and enable you to assess how well the class is learning that day.

TYPES OF INTERACTIVE ACTIVITIES
Lecturers can use a variety of interactive activities to engage their
students. Such activities include having students * observe and
interpret features of images * interpret graphs * make calculation and
estimates * brainstorm
These are examples of the types of activities described in more detail
in Interactive Segments. Many of these activities not only involve the
students in the material, they can also promote critical thinking,
develop quantitative skills, and allow for informal assessment of
student understanding.
Some general structures of interactive activities are given below. *
Think-pair-share: Ask the students a question and have each of them
turn to a neighbor and discuss it before resolving on a final answer. o
This is a great way to motivate students and promote higher-level
thinking. Open-ended questions promote discussion. o Include time to
discuss as a class as well as time for student pairs to address the
question. A think-pair-share can take as little as three minutes or can
be longer, depending on the question or task and the class size. *
ConcepTest questions are conceptual multiple choice questions that are
used to assess student understanding. Students work on the questions
individually. o These questions can be used to promote some kinds of
higher-level thinking, but as they tend to be quick (often about 60
seconds), this is limited. As these questions take little time, you can
ask several in a class period. o They provide a quick objective
assessment of students' prior knowledge or of how much of the class
understood your lecture. * The Question of the Day is a short project
dealing with the lecture material that requires the student to think
actively about it. It takes a few minutes at the start of class and
requires a written response that the student turns in for a
participation grade. o These are not multiple-choice but require short
explanations, annotations, calculations, or drawings that develop
communication skills as well as higher-level thinking. o Students come
to class expecting to do one of these every day, and start the class as
active rather
than passive learners. * Longer activities that might take 15 minutes
to an entire class period are useful in engaging students in a
lecture-based course. o Such activities typically require time for the
instructor to develop the materials and plan the activity. o These
activities are useful for getting students to tackle more complex
problems.

[+/-] Baca Selengkapnya...

** Remodif Template by choymaster.blogspot.com **